SEJARAH GUNUNG KRAKATAU HINGGA MUNCULNYA ANAK KRAKATAU
SEJARAH GUNUNG KRAKATAU HINGGA MUNCULNYA ANAK KRAKATAU
SEJARAH GUNUNG KRAKATAU HINGGA MUNCULNYA ANAK KRAKATAU
Apa yang berada dibenak anda bila
mendengar kata “Krakatau”? Pastinya langsung terbesit mengenai letusan
maha dahsyat yang terjadi pada tahun 1883 di selat sunda. Pada
kesempatan kali ini, saya tertarik untuk membahas mengenai sejarah
gunung krakatau.
Sejarah Meletusnya Gunung Krakatau
Krakatau dahulu merupakan kepulauan
berupa pegunungan vulkanik aktif yang berada di selat sunda, antara
pulau sumatera dan pulau jawa. Gunung Krakatau sudah ada sejak zaman
purba dan pernah terjadi letusan. Berdasarkan situs wikipedia, catatan mengenai letusan Krakatau Purba yang diambil dari sebuah teks Jawa Kuno yang berjudul Pustaka Raja Parwa yang diperkirakan berasal dari tahun 416 Masehi. Isinya antara lain menyatakan:
internet kantor InternetKantor.id
internet kantor InternetKantor.id
internet kantor InternetKantor.id
internet kantor InternetKantor.id
internet kantor InternetKantor.id
internet kantor InternetKantor.id
internet kantor InternetKantor.id
internet kantor InternetKantor.id
” Ada suara guntur yang
menggelegar berasal dari Gunung Batuwara. Ada pula goncangan bumi yang
menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Kemudian datanglah badai
angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh
dunia. Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke
timur menuju Gunung Kamula…. Ketika air menenggelamkannya, pulau
Jawa terpisah menjadi dua, menciptakan pulau Sumatera “
Berdasarkan catatan teks
jawa kuno tersebut, ketinggian krakatau purba diperkiraan setinggi 2000
m. Wikipedia pun mencatat bahwa letusan krakatau purba ini juga dianggap
turut andil atas berakhirnya masa kejayaan Persia purba,
transmutasi Kerajaan Romawi ke Kerajaan Byzantium, berakhirnya
peradaban Arabia Selatan, punahnya kota besar Maya, Tikal dan jatuhnya
peradaban Nazca di Amerika Selatan yang penuh teka-teki. Ledakan
Krakatau Purba diperkirakan berlangsung selama 10 hari dengan perkiraan
kecepatan muntahan massa mencapai 1 juta ton per detik. Ledakan tersebut
telah membentuk perisai atmosfer setebal 20-150 meter, menurunkan
temperatur sebesar 5-10 derajat selama 10-20 tahun.
Letusan gunung krakatau
purba yang terjadi pada ratusan ribu tahun lalu tersebut, menghancurkan
dan menenggelamkan 2/3 bagian krakatau purba. Akibat letusan tersebut,
menyisakan 3 pulau, yaitu Pulau Rakata, Pulang Panjang, dan Pulau
Sertung. Pertumbuhan lava yang terjadi didalam kaldera rakata membentuk 2
pulau vulkanik baru, yaitu Danan dan Perbuatan.
Pada tanggal 27 Agustus
1883, terjadi letusan mahadahsyat (skala VEI/Volcano Eruption Index =
6.0) yang menghancurkan 60% tubuh krakatau di bagian tengah sehingga
terbentuk lubang kaldera sepanjang 7 km dan menyisakan 3 pulau kecil,
yaitu Pulau Rakata, Pulau Sertung, dan Pulau Panjang. Letusan krakatau
tersebut dapat terdengar hingga 4600 km. Ledakan Krakatau telah
melemparkan batu-batu apung dan abu vulkanik dengan volume 18 kilometer
kubik. Semburan debu vulkanisnya mencapai 80 km. Benda-benda keras yang
berhamburan ke udara itu jatuh di dataran pulau Jawa dan Sumatera bahkan
sampai ke Sri Lanka, India, Pakistan, Australia dan Selandia Baru.
Dampak dari letusan gunung krakatau adalah tercatat jumlah korban yang
tewas mencapai 36.417 orang dan menimbulkan tsunami. Aktivitas gunung
krakatau dimulai sejak tiga bulan sebelumnya. “Terjadilah letusan yang
amat dahsyat…gumpalan abu menyembur ke udara setinggi 70 kilometer,
dibarengi dengan tsunami. Ombak setinggi 40 meter menyapu habis pantai
sebelah Sumatra dan Jawa di kawasan selat Sunda.
Sejarah Perkembangan Anak Krakatau
Pada tahun 1927, kurang
lebih sekitar 43 tahun setelah gunung krakatau meletus, muncul gunung
api dari kaldera purba yang masih aktif. Kecepatan pertumbuhan tingginya
sekitar 20 inci per bulan. Setiap tahun ia menjadi lebih tinggi sekitar
20 kaki. Ketinggian anak krakatau saat ini adalah 450 meter. Namun
untuk para wisatawan, sejak letusan gunung anak krakatau tahun 2011,
para wisatawan tidak dapat pergi ke puncak anak krakatau. Saat ini, para
wisatawan hanya dapat mendaki gunung anak krakatau sampai ketinggian
sekitar 200 meter / pos terakhir.
Suksesi Alam di Anak Krakatau
Proses kolonisasi jenis
tumbuhan dan satwa di Pulau Rakata, Panjang, dan Sertung sudah berjalan
cukup lama. Sedangkan untuk di anak krakatau sendiri baru berlangsung
pada beberapa puluh tahun kemudian (sekitar 75 tahun kemudian). Di pulau
anak krakatau, punggung gunung anak krakatau tidak ada tumbuhan yang
hidup karena suhu yang tinggi dan kekurangan air. Namun di daerah
tersebut dapat dijumpai tumbuhan pioner seperti gelagah (Saccharum
spontaneum) yang bersimbiosis dengan Azospirillum lippoferrum. Pada
bagian bawah yang telah ditumbuhi gelagah terjadi proses pelapukan pasir
disekitarnya yang kemudian tumbuh jenis Melastoma affine dan tumbuhan
jenis lainnya.
Berdasarkan catatan yang
ada, saat ini terdapat beberapa jenis tumbuhan seperti terdapat 206
fungi, 13 jenis lichenes, 61 jenis paku-pakuan, dan 257 jenis
spermatophyta. Untuk hewan tercatat ada tikus dan kalong untuk mamalia
dan 40 jenis unggas / burung / aves, seperti Centropus bengalensis,
Falco severus, Plegadis sp. Hewan reptilia terdapat biawak, penyu, dan
ular.
Anak Krakatau, Destinasi Wisata Yang Patut Dikunjungi
Anak krakatau mulai menjadi
primadona bagi para wisatawan domestik, khususnya wisatawan asal
Jabodetabek, Banten, dan Lampung. Anak krakatau mulai banyak dilirik
karena lokasinya yang tidak begitu jauh dan menawarkan pemandangan yang
tidak kalah menarik dibanding Bromo dan Semeru. Banyak wisatawan yang
ingin menjejakkan kakinya untuk melihat lebih dekat anak krakatau, dan
mengenal serta menggali informasi dari badan vulkanologi setempat
mengenai sejarah krakatau dan perkembangan anak krakatau. Wisatawan
biasanya akan mengunjungi beberapa destinasi di pulau-pulau sekitar
dekat anak krakatau dan wisatawan dapat menginap (homestay) di pulau
Sebesi. Perjalanan dari Pulau Sebesi menuju Anak Krakatau ditempuh
sekitar 90-120 menit perjalanan menggunakan kapal.
Saat kapal anda berlabuh di
pulau anak krakatau, anda akan melihat pasir pantai yang berwarna
hitam. Kemungkinan besar, pasir tersebut merupakan pasir erupsi
krakatau. Tidak jauh dari area berlabuh kapal, terdapat tugu cagar alam
krakatau dan beberapa rambu dan pengenalan mengenai krakatau.
Perhatikan dengan seksama
rambu-rambu peringatan dan larangan yang ada selama anda berkunjung di
kawasan world heritage ini. Setiap wisatawan diwajibkan mematuhi setiap
peraturan yang berlaku dan menjaga kebersihan kawasan serta tidak
membawa dan merusak lingkungan kawasan.
Perlu diketahui bahwa
dikawasan ini tidak ada sinyal selain indosat dan hanya berada di dekat
pos pertama (pondok) Balai Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Lampung.
Air bersih pun tidak ada. Bila anda ingin buang air kecil dan buang air
besar, anda harus mengambil air laut terlebih dahulu untuk digunakan di
kamar mandi ala kadarnya yang berada di belakang pondok KSDA Lampung
atau menggunakan cara lama dengan menggali lubang dan menutupnya segera
setelah selesai. Untuk minum pun, petugas jaga KSDA Lampung, membawa air
bersih dan minum yang di stok selama seminggu. Apabila air tersebut
kurang, petugas biasanya akan mengambil air bersih dari pulau terdekat
seperti mata air Pulau Sertung atau Pulau Sebesi.
Pada anak krakatau,
terdapat alat pemantau aktivitas gunung berapi ini. Di kawasan ini, alat
pendeteksi tersebut menggunakan tenaga solar cell untuk mengirimkan
informasi ke Badan Vulkanologi Lampung dan Pusat. Bila terjadi
peningkatan aktivitas gunung anak krakatau, alat pendeteksi ini akan
langsung mengirimkan sinyal tersebut. Solar cell yang digunakan ada dua
unit dengan dua buah aki yang ditanam didalam tanah.
Sayangnya, wisatawan sudah
tidak dapat mendaki sampai puncak anak krakatau sejak tahun 2011 karena
aktivitas gunung anak krakatau. Ketinggian gunung anak krakatau saat ini
sekitar 450 meter sejak kemunculannya pada tahun 1927, atau dengan kata
lain estimasi pertumbuhan tinggi anak krakatau sekitar 5-6 meter per
tahun. Gunung anak krakatau akan tumbuh setiap tahun karena masih aktif
dan adanya aktivitas lava di dalam gunung api ini.

Para wisatawan hanya akan dapat mendaki gunung anak krakatau sampai ketinggian sekitar 200 meter yang dapat ditempuh dalam waktu 30-45 menit sampai pos terakhir pendakian. Saat ada pengunjung, biasanya akan didamping petugas dari KSDA Lampung yang ditugaskan selama seminggu secara bergantian di Kawasan Anak Krakatau.
Dari pos terakhir anak
krakatau, anda akan melihat gunung rakata, Pulau Sertung, dan Pulau
Panjang. Pemandangan dari pos terakhir ini pun sangat memanjakan mata.
Saat berkunjung, janganlah lupa untuk mengambil beberapa gambar sebagai
kenangan selama berada di kawasan world heritage ini.
Selamat berlibur di kawasan gunung anak krakatau dan menjejakkan kaki di kawasan akan sejarah letusannya yang mendunia ini











Tidak ada komentar:
Posting Komentar